Cari Blog Ini

MAKALAH KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIST

BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Hadits  yang dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan dan hal yang berhubungan d...

Koleksi Terbaru Kami

MAKALAH KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIST


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Hadits yang dipahami sebagai pernyataan, perbuatan, persetujuan dan hal yang berhubungan dengan Nabi Muhammad saw. Dalam tradisi Islam, Hadits diyakini sebagai sumber ajaran agama kedua setelah al-Quran. Disamping itu Hadits juga memiliki fungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayt al-Qur’an sebagaimana dijelaskan dalam QS: an-Nahl ayat 44. Hadits tersebut merupakan teks kedua, sabda-sabda nabi dalam perannya sebagai pembimbing bagi masyarakat yang beriman. Akan tetapi, pengambilan Hadits sebagai dasar bukanlah hal yang mudah. Mengingat banyaknya persoalan yang terdapat dalam Hadits itu sendiri. Sehingga dalam berhujjah denganHadits tidaklah serta merta asal comot suatu Haditssebagai sumber ajaran.
Adanya rentang waktu yang panjang antara Nabi dengan masa pembukuan Hadits adalah salah satu problem. Perjalanan yang panjang dapat memberikan peluang adanya penambahan atau pengurangan terhadap materi Hadits. Selain itu, rantai perawi yang banyak juga turut memberikan kontribusi permasalahan dalam meneliti Hadits sebelum akhirnya digunakan sebagai sumber ajaran agama. Mengingat banyaknya permasalahan, maka kajian-kajianHadits semakin meningkat, sehingga upaya terhadap penjagaan Hadits itu sendiri secara historis telah dimulai sejak masa sahabat yang dilakukan secara selektif. Para muhaddisin, dalam menentukan dapat diterimanya suatuHadits tidak mencukupkan diri hanya pada terpenuhinya syarat-syarat diterimanya rawi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena mata rantai rawi yang teruntai dalam sanad-sanadnya sangatlah panjang. Oleh karena itu, haruslah terpenuhinya syarat-syarat lain yang memastikan kebenaran perpindahan Hadits di sela-sela mata rantai sanad tersebut.
Makalah ini mencoba mengelompokkan dan menguraikan secara ringkas MENGENAI STRUKTURHADITS.
B.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja komponen-komponen Hadits?
2.      Apa  Pengertian dari sanad Hadits?
3.      Apa pengertian dari matan Hadits
4.      Kedudukan sanad dan matan Hadits?
5.      Apa yang di maksud dengan rawi?
C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui komponen-komponen Hadits.
2.      Agar kita dapat membedakan antara sanad dan matan suatu Hadits.
3.      Agar kita dapat mengetahui kedudukan sanad dan matanHadits.
4.      Agar kita dapat memahami pengertian dari rawi.






















BAB II
PEMBAHASAN
A.    KOMPONEN-KOMPONEN HADITS
Secara Struktur Hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi). Contoh: Musaddad mengabari bahwa Yahyaa sebagaimana diberitakan oleh Syu’bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri” (Hadits riwayat bukhori)
1.    SANAD
Sanad menurut bahasa adalah:                sesuatu yang di jadikan sandaran, pegangan, dan pedoman.menurut istilah ahli hadis ialah Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis. Dalam hal ini dikatakan bahwa sabda Nabi tersebut sampai kepada kita melalui periwayatan Al-bukhari dari Ibnu Al-mutsanna dari Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Anass dari Nabi Saw.Hubungan mereka secara bermata rantai dan sandar menyandar dari  si A ke B dan dari B ke C dan seterusnya disebut sanad dan Al-bukhari sebagai perawi atau mukharrijartinya dialah yang menyebutkan dalam kitab karyanya Al-jami`Ash-Shahih li Al-bukari.Demikian juga hadis kedua sampai kepada kita melalui periwayatan Al-bukhari dari Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Ibnu sina Syihab dari Muhammad dari Jubair dari nabi saw.Mereka itu di sebut Sanad dan al bukhari di sebut Mukharrijatau perawi.[1]
Dalam bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih atau dha`if-nya suatu hadis.Andaikata salah seorang dalam sanad ada yang fasik atau yang tertuduh dusta atau jika setiap para pembawa berita dalam mata rantai sanad tidak bertemu langsung (mustahil),maka hadis tersebut dha`if sehingga tidak dapat di jadikan hujah.Demikian sebaliknya jika para pembawa hadis tersebut orang-orang yang cakap dan cukup persyaratannya,yakni adil,takwa,tidak fasik,menjaga kehormatan diri (muru’ah),dan memiliki daya ingat yang kredibel,sanadnya bersambung dari satu periwayatkepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama,maka hadisnya di nilai shahih.
Sanad ini sangat penting dalam hadis,karena hadis itu terdiri dari 2 unsur yang secara integral tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lain yakni matan dan sanad.Hadis tidak mungkin terjadi tanpasanad,karena mayoritas hadis pada masa Nabi tidak tertulis sebagaimana Alquran dan diterma secara individu (ahad) tidak secara mutawatir.Hadis hanya di sampaikan dan diriwatkan secara ingat-ingatan dan hapalan para sahabat yang handal.Di samping itu hiruk pikuk para pemalsu hadis yang tidak bertanggung jawab.Oleh karena itu tidak semua hadis dapat di terima oleh para ulama kecuali telah memenuhi criteria yang di tetapkan,di antaranya di sertai sanad yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya.Para ulama memberikan berbagai komentar tentang pentingnya sanad,antara lain:
a.    Muhammad bin sirin (w.  110 /728 M) berkata:
Sesungguhnya ilmu ini (hadis) adalah agama,perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu itu.
b.    Abdullah bin Al-Mubarak (w.181 H/797 M) berkata:
Sanad itu bagian dari agama,jika tidak ada sanad maka siapa saja dapat menyatakan apa yang di kehendakinya.[2]
c.     Az-Zuhari setiap menyampaikan hadis di sertai dengan sanaddan mengatakan:
Tidak layak naik ke loteng/atap rumah kecuali dengan tangga.
2.   Matan
Kata matan atau al-matan      menurut bahasa berarti; keras,kaut, sesuatu yang Nampak dan yang asli. Dalam bahasa arab di katakan = Tanah tinggi dan keras = kitab asal (yang diberikan syarah/penjelasan)
Dalam pengembangan karya penulisan ada matan ada syarah.Matan di sini di maksudkan karya atau karangan asal seseorang yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal,padat,dan singkat sedang syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci.Dimaksudkan dlam konteks Hadis, Hadis sebagai matan kemudian di berikan syarah atay penjelasan yang luas oleh para ulama,misalnya Shahih Al-bukhari di-syarah-kan oleh Al-asqalani dengan nama Fath Al-Baridan lain-lain.
Menurut istilah matan adalah : Sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad. Defenisi lain menyebutkan:
Beberapa lafal hadis yang membentuk beberapa makna. Berbagai redaksi defenisi matan yang di berikan para ulama,tetapi intinya sama yaitu materi atau isi berita hadis itu sendiri yang datang dari Nabi Saw.Matan hadis ini sangat penting karena yang menjadi topic kajian dan kandungan syariat islam untuk di jadikan petunjuk dalam beragama.[3]
3.   Perawi Hadits
Rawi adalah orang yang menerima Hadits dan menyampaikannya dengan salah satu bahasa penyampaiannya. Para ulama mengklasifikasikan para rawi --dari segi banyak dan sedikitnya Hadits yang mereka riwayatkan serta peran mereka dalam bidang ilmu Hadits-- menjadi beberapa tingkatan. Dan setiap tingkat diberi julukan secara khusus, yaitu:
a.   al-Musnid, adalah orang yang meriwayatkan Haditsbeserta sanadnya, baik ia mengetahui kandunganHadits yang diriwayatkannya atau sekedar meriwayatkan tanpa memahami isi kandungannya.
b.   al-Muhaddits. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Sayyid an-Nas, al-Muhaddits adalah orang yang mencurahkan perhatiannya terhadap Hadits, baik dari segi riwayah maupun dirayah, hapal identitas dan karakteristik para rawi, mengetahui keadaan mayoritas rawi di setiap jamannya beserta Hadits-Hadits yang mereka riwayatkan; tambahan dia juga memiliki keistimewaan sehingga dikenal pendiriannya dan ketelitiannya[2]. Dengan kata lain ia menjadi tumpuan pertanyaan umat tentang Hadits dan para rawinya, sehingga menjadi masyhur dalam hal ini dan pendapatnya menjadi dikenal karena banyak keterangan yang ia sampaikan lalu ditulis oleh para penanyanya. Ibnu al-Jazari berkata, "al-Muhaddits adalah orang menguasai Hadits dari segi riwayah dan mengembangkannya dari segi dirayah."[3]
c.   al-Hafidh, secara bahasa berarti 'penghapal' Gelar ini lebih tinggi daripada gelar al-Muhaddits. Para ulama menjelaskan bahwa al-Hafidh adalah gelar orang yang sangat luas pengetahuannya tentang Hadits beserta ilmu-ilmunya, sehingga Hadits yang diketahuinya lebih banyak daripada yang tidak diketahuinya."[4] Ibnu al-Jazari berkata, "al-Hafidh adalah orang yang meriwayatkan seluruh Hadits yang diterimanya dan hapal akan Hadits yang dibutuhkan darinya."
d.   al-Hujjah, gelar ini diberikan kepada al-Hafidh yang terkenal tekun. Bila seorang hafidh sangat tekun, kuat dan rinci hapalannya tentang sanad dan matan Hadits, maka ia diberi gelar al-Hujjah. Ulama mutaakhkhirin mendefinisikan al-Hujjah sebagai orang yang hapal tiga ratus ribu Hadits, termasuk sanad dan matannya. Bilangan jumlah Hadits yang berada dalam hapalan ulama, sebagaimana yang mereka sebutkan itu, mencakup Hadits yang matannya sama tetapi sanadnya berbilang; dan yang berbeda redaksi/matannya. Sebab, perubahan suatu Haditsoleh suatu kata--baik pada sanad atau pada matan--akan dianggap sebagai suatu Hadits tersendiri. Dan seringkali para muhadditsin berijtihad dan mengadakan perlawatan ke berbagai daerah karena adanya perubahan suatu kalimat dalam suatu Haditsseperti itu.
e.   al-Hakim, adalah rawi yang menguasai seluruh Haditssehingga hanya sedikit saja Hadits yang terlewatkan.
f.   Amir al-Mu'minin fi al-Hadits (baca: Amirul Mukminin fil Hadits) adalah gelar tertinggi yang diberikan kepada orang yang kemampuannya melebihi semua orang di atas tadi, baik hapalannya maupun kedalaman pengetahuannya tentang Hadits dan 'illat-'illatnya, sehingga ia menjadi rujukan bagi para al-Hakim, al-Hafidh, serta yang lainnya. Di antara ulama yang memiliki gelar ini adalah Sufyan ats-Tsawri, Syu'bah bin al-Hajjaj, Hammad bin Salamah, Abdullah bin al-Munarak, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, dan Muslim. Dan dari kalangan ulama mutaakhkhirin ialah al-Hafidh Ahmad bin Ali bin Hajar al-'Asqalani dan lainnya.[5] Jadi yang menjadi ukuran tingkat keilmuan para ulama Hadits adalah daya hapal mereka, bukan banyaknya kitab yang mereka miliki, sehingga orang yang memiliki banyak kitab namun tidak hapal isinya,tidak dapat disebut sebagai al-Muhaddits.
Nama-nama perawi Hadits yang termahsyur
1)    Bukhari, yang meninggal tahun 256 Hijriah atau 870 Masehi
2)    Abu Daud, meninggal tahun 275 Hijriah atau 888 Masehi
3)    Nasa'i, meninggal tahun 303 Hijriah atau 915 Masehi
4)    Muslim, meninggal tahun 261 Hijriah atau 875 Masehi
5)    Tarmidzi, meninggal tahun 279 Hijriah atau 892 Masehi
6)    Ibnu Majah, meninggal tahun 279 Hijriah atau 892 Masehi[4]

B.    Kedudukan sanad hadits dan matan hadis
Para ahli hadits sangat berhati-hati dalam menerima suatu hadits kecuali apabila mereka mengenal dari siapa mereka menerima setelah benar-benar dapat dipercaya. Pada umumnya riwayat dari golongan sahabat tidak ada persyaratan apapun untuk diterima periwayatanya. Akan tetapi merekapun sangat berhati-hati dalam menrima hadits.
Pada masa khalifah Abu Bakar r.a dan Umar r.a periwayatan hadits diawasi secara ketat dan hati-hati, dan tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenaranya oleh seorang yang lain. Ali bin Abu Tholib tidak menerima hadits sebelum yang meriwayatkanya disumpah.
Meminta aksi kepada seorang perowi, bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan jalan untuk menerima hati dalam menerima yang isi yang di beritakan itu. Jika dirasa tak perlu meminta saksi atau sumpah para perowi, merekapun menerima periwayatanya.
Adapun meminta seseorang saksi atau menyeluruh perawi untuk bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum diterima atau tidaknya periwayatan hadits. Yang diperlukan dalam menerima hadits adalah adanya kepercayaan penuh kepada perawi. Jika sewaktu-waktu ragu tentang periwayatanya, maka perlu didatangkan sakksi/keterangan.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits diperoleh/atau di diriwayatkannya. Dengan sanad, suatu periwayataan hadits dapat diketahui mana yang dapat diterima dan di tolak dan mana hadits yang shohih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia  untuk menetapkan hukum-hukum islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan keutama’an sanad.[5]






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hadits nabi yang lengkap dan dapat dijamin kebenaranya harus meliputi sanad, matan dan perowi (periwayat)
Sanad adalah rantai penutur atau perowi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga Rosululloh. Sanad menggambarkan keaslian suatu ayat.
Matan merupakan akhir sanad yakni sabda Nabi Muhammad SAW. ada juga redaksi lain yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad ( gayah assanad) jadi bisa dikatakan bahwa matan itu adalah materi atau lafadz hadits itu sendiri.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits diperoleh/atau di diriwayatkannya. Dengan sanad, suatu periwayataan hadits dapat diketahui mana yang dapat diterima dan di tolak dan mana hadits yang shohih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia  untuk menetapkan hukum-hukum islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan keutama’an sanad.
Rawi (perowi) adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah di dengar dan diterimanya dari seorang gurunya.







DAFTAR PUSTAKA


Endang Soetari AD, Ilmu Hadits, Bandung: Amal Bakti Press 1997
Mahmud Tohan dalam Taisir Mustalah Hadits
Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, terj: Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq,
Ushulul  Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama 1998




[1] Dr.H.Abdul Majid Khon,M.Ag,ulumul Hadits, bumi Aksara,Jakarta: hml.97
[2] Ajaj Al-Khathib, As-Sunnah Qabl At-Tadqwin,hlm.147-148
[3] Dr.H.Abdul Majid Khon,M.Ag,ulumul Hadits, bumi Aksara,Jakarta: hml.103
[4] Http.Al-atsariyya.com/Sahabat-periwayat-hadits-termashsyur.html
[5] http.www.contohmakalahstrukturhadis.blogspot.com



Lihat Detail

GEJALA JIWA MANUSIA DAN APIKASINYA DALAM PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.
Tetapi dalam sejarah perkembangannya , kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif.Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.Beragamnya pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari lingkungannya
B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dangan psikologi?
2.         Apa yang dimaksud dengan gejala jiwa?
3.         Apa Bentuk-bentuk   dalam gejala jiwa?
4.         Apa saja bentuk-bentuk gejala jiwa dalam pendidikan?
C.     Tujuan
1.         Agar mengetahui tentang psikologi.
2.         Agar mengetahui tentang bentuk-bentuk dari gejala jiwa.
3.         Agar mengetahui tentang gejala jiwa dalam pendidikan
4.         Agar mengetahui bentuk-bentuk gejala psikologi siswa dalam belajar
5.         Dan manfaat mempelajari psikologi.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGANTAR PSIKOLOGI
Pengertian Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ilmu psikologi adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mempelajari tentang JIWA, baik mengenai macam, gejala, proses, maupun latar belakang. Psikologi juga mempelajari tentang perbedaan Nyawa dan Jiwa. Nyawa adalah daya jasmani yang adanya tergantung pada hidup jasmaniah dan menimbulkan hidup badaniah (behavior), Perilaku yaitu perbuatan yang ditimbulkan karena proses belajar. Jiwa adalah daya hidup rokhaniah yang bersifat abstrak, menjadi penggerak dan pengatur bagi perbuatan manusia (personal behavior).
Pengertian Psikologi secara umum adalah : psikologi mempelajari gejala jiwa manusia yang normal dewasa dan beradab. Sedangkan Pengertian Psikologi secara Khusus adalah : psikologi mempelajari sifat khusus dari gejala jiwa manusia (mis: anak, perkembangan, criminal, psikopathologi, psikologi kepribadian), psikologi masa. Dengan cara: Description (menggambarkan), Explanation (penjelasan) prediction (meramalkan) controling (pengontrolan/pengendalian) sedang yang menjadi obyek dalam psikologi adalah jiwa.
Disini akan saya tuliskan beberapa definisi dari para ahli psikolog :
1.         Psikologi menyelidiki berbagai panca indra, pengalaman, perasaan, pikiran dan kehendak (W. Wundt,1892)
2.         Psikologi mempelajari semua kesadaran, baik normal maupun abnormal (James Angell, 1910)
3.         Psikologi adalah ilmu mental termasuk fenomena yang sering kita sebut sebagai perasaan, keinginan, kognisi, pikiran, keputusan dsb (William James, 1980)
4.         Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia (Richard Mayer, 1981)
5.         Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia (Edwin G. Boring dan Herbert S.Langefeld)
6.         Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya (Garden Murphy)

B.     BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA
Ø Gejala  Kognitif
Istilah cognitive berasal  dari  kata cognition yang  padanan  katanya knowing,  berarti  mengetahui.  Dalam  arti  luas,  cognition  (kognisi)  ialah perolehan,  penataan,  dan  penggunaan  pengetahuan.  Dalam  perkembangan selanjutnya,  istilah  kognitif  menjadi  populer  sebagai  salah  satu  domain  atau wilayah/ ranah psikologis manusia  yang meliputi setiap peilaku mental  yang berhubungan  dengan  pemahaman,  pertimbangan,  pengolahan  informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
1.         Pengindraan
2.         Persepsi
3.         Memori
4.         Berfikir
5.         Intelegensi
Ø Gejala Afektif
adalah unsur kejiwaan dari sisi emosi atau rasa.  Rasa dapat dibedakan kepada rasa fisik  yang berhubungan erat dengan alat dria seperti rasa asin dan rasa psikis yang lebih berupa rasa dalam seperti emosi, sikap, dan moral.
Ø Gejala psikomotorik / gejala kehendak
Keadaan dalam pribadi manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu yang mereka kehendaki.
C.     GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN
Gejala Psikologi
Setiap orang mempunyai sisi psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Atau bisa disebut gejala jiwa.  Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia yang mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai perilaku  manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik atau siswa.
Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan ini hanya membahas peserta didik). Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa, Gejala Psikologi yaitu proses perubahan perilaku manusia dalam kehidupannya.
D.    Bentuk-bentuk Gejala Psikologi Siswa Dalam Belajar
Dalam psikologi terdapat berbagai gejala-gejala yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa, diantaranya yang akan kita bahas yaitu:
1.    Pengindraan/sensasi dan persepsi
a.    Pengindraan
Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seorang anak satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh siswa, persepsi pun akan berlainan.  Hal ini juga mempengaruhi kemampuan belajar.
Definisi penginderaan (sensation) menurut Wundt adalah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil. Penginderaan meliputi  :
Ø Penglihatan
Alat penglihatan utama adalah mata. Rangsang berupa gelombang cahaya masuk ke dalam bola mata melalui bagian-bagian mata. Prosesnya cahaya masuk ke retina diteruskan berupa impuls menuju ke syaraf (otak) sehingga  objek dapat terlihat.
Ø Pendengaran
Alat pendengaran utama adalah telinga. Rangsang berupa gelombang suara masuk ke dalam telinga melalui bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang suara merambat melalui 3 media, yaitu udara, benda padat/tulang, cairan/endolymphe. Bila seseorang tidak dapat mendengar, maka ada kemungkinan kerusakan pada pusat pendengaran yang menyebabkan gangguan fungsi intelek atau pada salah satu alat tempat berjalannya/penerus rangsang (conductive deafness) yang tidak ada hubungannya dengan fungsi intelek.
Ø Pengecap
Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada 4 jenis penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam.
Ø Pembau
Alat pembau utama adalah hidung.  Rangsang berupa hawa/udara/bau melalui udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung (cavum nasalis). Prosesnya adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan oleh nervus ke-1 (saraf pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak).
Ø Perabaan
Alat perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia dapat berupa rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya. Perabaan adalah ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh, khususnya yang tidak berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah corpuscula meissner dan corpuscula pacini.
b.    Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat ataupun kimiawi yang mengenai alat indra. individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Definisi persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi menurut Davidoff dalam Walgito (1997) : stimulus yang diindera oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu sadar, mengerti tentang apa yang diinderakan. Individu dapat mengadakan persepsi, jika adanya objek, alat indera (reseptor), dan  perhatian. Contoh persepsi misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.
2.    Memori, ingatan, dan lupa
Setiap hari kita memilki banyak aktivitas, berbagai informasi kita peroleh setiap harinya. Untuk memunculkan kembali informasi-informasi tersebut terkait dengan kerja memori atau otak. Dalam kenyataan, kemampuan otak manusia berbeda-beda. Siswapun seperti itu. Kemampuan otak untuk memasukkan, menyimpan,  memunculkan kembali informasi yang didapatkan (pelajaran misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak tersebut.
Ø  Memori
Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan. Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
a.       Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
b.      Bahan-bahan yang akan diingat harus berhubungan. Memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hasl yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
c.       Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah memori. Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Pengertian memori, tercangkup dalam 3 tahapan yaitu:
o   memasukan pesan dalam ingata
o   menyimpan pesan yang sudah masuk ( storage )
o   memunculkan kembali informasi tersebut ( retrieval )
( menurut Atteinson, dkk 1997)
Ø   Ingatan
Secara sederhana, Irwanto (1999) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan  pengumpulan informasi (information gathering)
Sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam Stenberg, 2006). Santrock (2005) mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut Santrock, yaitu informasi-informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan diproses melalui tahapan : penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga informasi yang masuk tidak terbuang secara sia – sia.
Ø  Lupa
3 aspek Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Faktor-faktor Penyebab Lupa :
o  Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori.
o  Lupa dapat terjadi pada karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
o  Lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990).
o  Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan situasi belajar tertentu
o  Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak  pernah digunakan atau dihafalkan (Hilgard & Bower 1975Lupa dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak
Contoh lupa ini sering terjadi pada siswa (kita) yang menerapkan metode belajar SKS (Sistem Kebut Semalam)  Kita belajar ngebut malam ini, memasukkan semua pelajaran dalam sekali kunyah kedalam otak. Nah,  ketika tes keesokan harinya, apa yang telah diingat dan pelajari (walaupun pelajaran minggu lalu) bisa hilang, diakibatkan dari apa yang telah kita pelajari semalam.
3.    Berfikir
Pemecahan masalah merupakan  bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks di antara semua fungsi kecerdasan,  pemecahan  masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju. Berfikir kreatif sangat berperan dalam pemecahan masalah. Menurut Graham Wallas (dalam Morgan, at al. 1989), proses berfikir kreatif meliputi lima tahap, yaitu Persiapan (Preparation), Inkubasi (Incubation), Iluminasi (Ilumation), Evaluasi (Evaluation), Revisi (Revision).
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut :
o    pembentukan pengertian,
o    penjalinan pengertian-pengertian, dan
o    penarikan kesimpulan.

4.    Intelegensi
Setelah kita membahas tentang berpikir, maka kaitan dengan masalah berpikir adalah inteligensi. Secara umum inteligensi adalah kesanggupan untuk berpikir. Ada beberapa pendapat tentang pengertian inteligensi.
a.    William Stern mengatakan, bahwa inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru.
b.    V. Hees, bahwa inteligensi adalah sifat kcerdasan jiwa.
c.    Terman mengatakan, inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak.
d.   Binet mengatakan bahwa  inteligensi meliputi pengertian penemuan sesuatu yang baru, ketetapan hati dan pengertian diri sendiri.
Dari berbagai definisi intelegensi yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para ahli sepakat memandang intelegensi sebagai kemampuan berfiki seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar seseorang.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
5.    Emosi
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Atau dapat kita pahami bahwa emosi itu merupakan suatu gejolak atau rasa yang terjadi dalam hati/perasaan yang terjadi karena ada suatu rangsangan yang diberikan pada saat kita dalam keadaan mental yang hebat.
Adapula yang mengatakan emosi itu adalah suatu perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
6.    Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motivasi boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motivasi semacam ini sering disebut motivasi ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motivasi tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motivasi intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Menurut Baron (1992), Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.  Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi.
Dalam konteks belajar, motivasi intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motivasi intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motivasi-motivasi ekstrinsik. Motivasi ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motivasi ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia , baik sebagai individu maupun dalam hubungan dengan lingkungannya.adapun bentuk-bentuk gejala jiwa seperti gejala kognitif, gejala afektif dan gejala psikomotorik dan bentuk-bentuk gejala siswa dalam belajar diantaranya ada pengindraan,persepsi, memori, berfikir, intelegensi, emosi dan motivasi. Semua ini saling berhubungan satu sama lainnya.

.





















DAFTAR PUSTAKA

Sugihartono.(2007).Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:UNY Press
Purwanto, M. Ngalim. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung PT Remaja Rosdakarya
http//.www.google.com/ pengertian psikologi.com
http//.www.google.com/ bentuk-bentuk gejala jiwa.com
http//.www.google.com/ bentuk-bentuk gejala jiwa pada siswa
http//.www.google.com/ pengertian gejala psikomotorik
http//.www.google.com/ pengertian gejala kognitif dan afektif

wir-nursing. Blogspot.com/2012/07/gangguan psikomotor.html


Lihat Detail
 
Copyright © 2014. BukaBaju Template - Design: Gusti Adnyana