MAKALAH Pendekatan dalam Sistem Pembelajaran ( Intruksional Approach )
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Untuk memiliki sekolah atau lembaga
yang baik tentunya perlu adanya pengembangan perencanaan dan desain
pembelajaran yang baik. Sehingga semua komponen terkoordinasi
dengan baik pula. Karena Pembelajaran itu berkaitan dengan hal bagaimana guru
mengajar serta bagaimana siswa belajar.
Namun demikian, baik pengembangan
perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran keduanya disusun berdasarkan
pendekatan sistem.[1]
Berbicara tentang sistem, maka tidak lepas dari yang namanya unsur/komponen dan
ciri-cirinya, serta bagaimana pendekatan sistem itu dipalikasiakan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, Agar mengetahui lebih lanjut mengenai Pendekatan
dalam Sistem Pengajaran, akan dipaparkan lebih detail dalam makalah ini.
- RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian
Pendekatan dalam Sistem Pembelajaran?
2. Apa Saja
Unsur-unsur Sistem?
3. Apa Saja
Ciri-ciri Sistem?
4.
Apa Manfaat Pendekatan Sistem Dalam
Pembelajaran?
- TUJUAN
1. Mengetahui
Pengertian Pendekatan dalam Sistem Pembelajaran
2. Mengetahui
Unsur-unsur Sistem
3. Mengetahui
Ciri-ciri Sistem
5. Mengetahui Manfaat
Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan dalam Sistem
Pengajaran
Pendekatan bisa diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang pada proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
pada bagaimana kita memandang tentang terjadinya suatu proses, yang sifatnya
masih sangat umum. Ada dua pendekatan terhadap pembelajaran yaitu pendekatan
yang berpusat kepada guru (teacher centered approaches) dan pendekatan yang
berpusat kepada siswa (student centered approaches).[2]
Sistem adalah kumpulan dari
komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya. Istilah
sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai pengertian : 1.
Suatu keseluruhan komponen yang tesusun dari sekian banyak bagian. 2. Hubungan
yang berlangsung di antara satuan satuan atau komponen komponen secara teratur.
Dari kedua pengertian tersebut
kita dapat menarik suatu pengertian lagi bahwa sistem adalah suatu keseluruhan
/ keutuhan yang terdiri atas sejumlah bagian, atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur yang biasa juga disebut sebaga sub sistem.[3]
Istilah sistem juga sering didefinisikan
untuk suatu bangunan atau organisasi atau lembaga yang terdiri dari sub komponen/elemen,
yang berinteraksi, berinterdependensi, dimana salah satu elemen/komponen
apabila salah satu rusak atau hilang maka akan mengganggu komponen yang lainnya
serta merusak/mempengaruhi kualitas kinerja dari organisasi tersebut.[4] Sistem
bukanlah “cara” atau “metode” seperti yang banyak dikatakan orang. Cara
hanyalah sebagian kecil dari suatu sistem. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan sistem adalah sebagai suatu kesatuan komponen yang satu sama
lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.[5]
Pendekatan sistem (System Approach),
adalah suatu proses yang dengan kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih,
syarat-syarat pemecahan problem diidentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa
alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil evaluasi, dan revisi
yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut yang sudah
dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga kebutuhan dapat tercapai.[6]
Makna sistem dalam pembelajaran maksudnya
adalah adanya pemahaman atau asumsi guru bahwa pembelajaran harus didukung oleh
berbagai elemen secara utuh dan komprehensif, meninggalkan salah satu elemen
akan menimbulkan kegagalan proses pembelajaran. Artinya di dalam pembelajaran
guru tidak cukup hanya menguasai materi saja, guru juga tidak cukup hanya
pandai menggunakan media dan metode saja, tetapi guru harus benar-benar mampu
melaksanakan semua faktor yang ada dalam pembelajaran secara komprehensif.[7]
Pengajaran sebagai suatu sistem merupakan
suatu pendekatan pengajar yang menekankan hubungan sistematik antara seluruh
berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan sistematik berarti bahwa komponen
- komponen yang terpadu di dalam suatu pengajaran bisa sesuai dengan fungsinya
saling berhubungan satu sama lain dan membentuk kesatuan. Hubungan sistematik
atau penekanan kepada sistem, merupakan ciri pertama dari pengajaran ini. Ciri
kedua adalah penekanan kepada perilaku yang dapat di ukur atau di amati.[8]
B.
Unsur-unsur Sistem
Adanya unsur di dalam sistem memiliki
kedudukan yang sangat penting. Agar suatu perencanaan dalam sebuah sistem bisa
berjalan dengan baik, maka diperlukan unsur-unsur yang harus ada didalamnya,
berikut unsur-unsur dalam suatu sistem yaitu:
·
Input (masukan) yaitu unsur-unsur yang
sumber-sumbernya diterapkan atau dimanfaatkan, misalnya: sumber, biaya,
personal.
·
Output (keluaran) yaitu hasil konversi
dari proses suatu sistem, misalnya: hasil, produk atau keuntungan.[9]
Adapun
unsur-unsur dalam sistem pembelajaraan yaitu:
1.
Siswa
Proses suatu pembelajaran pada hakikatnya
adalah diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukan, Maka proses pengembangan dan desain pembelajaran, siswa harus
dijadikan pusat dari segala kegiatan. Maksudnya adalah keputusan-keputusan yang
diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat,
motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
2.
Tujuan
Tujuan adalah unsur yang terpenting di
dalam pembelajaran setelah unsur siswa sebagai subyek belajar. Tujuan
penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu
sendiri. Misalnya,
a.
Melatih siswa agar memiliki kemampuan
tinggi dalam bidang tertentu
b.
Mengajarkan keterampilan dasar bagi
siswa
c.
Memberikan jaminan agar menjadi lulusan
tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativias yang
tinggi dan sebagainya.
Tujuan yang
bersifat khusus yang direncanakan oleh guru meliputi:
a.
Pengetahuan, informasi, serta pemahaman
sebagai bidang kognitif
b.
Sikap dan apresiasi, sebagai tujuan
bidang afektif
c.
Berbagai kemampuan sebagai bidang
psikomotorik.
Dalam konteks
pembelajaran, tujuan khusus dirumuskan sebagai teknik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
3.
Kondisi
Yang di maksud Kondisi di sini adalah
semua berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai
tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus bisa
mendorong siswa untuk aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik.
Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.
4.
Sumber-sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala
yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Didalamnya dapat meliputi
lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan,
personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang
berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam
pengalaman belajar.
5.
Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian
dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.
Dengan demikian, tugas yang paling utama guru dalam kegiatan ini adalah
merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga Berdasarkan data tersebut guru dapat
mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.[10]
Unsur merupakan sinonim kata komponen.
Dilihat dari fungsinya setiap komponen ada yang bersifat integral dan ada unsur
yang tidak integral.
·
Unsur integral yaitu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dari keberadaan sistem itu sendiri. Misalnya komponen siswa
dan guru. Kita akan sulit menganggap bahwa sekolah itu ada manakala di sekolah
itu tidak ada siswa yang diajar atau tidak ada guru yang mengajar.
·
Unsur yang tidak integral yaitu
unsur/komponen pelengkap. Maksudnya, walaupun komponen itu tidak ada, maka
tidak akan memengaruhi keberadaan suatu sistem, walaupun mungkin akan
mengganggu perjalanan sistem itu sendiri. Misalnya komponen perpustakaan dalam
suatu lembaga sekolah. Walaupun sekolah tidak memiliki perpustakaan, akan
tetapi tidak akan menggoyahkan keberadaan sekolah tersebut.[11]
C.
Ciri-ciri Sistem
Dari pengertian sistem yang telah
dijabarkan di atas dapat diambil ciri utama suatu sistem, yaitu:
1.
Setiap sistem memiliki tujuan
Setiap sistem pasti memiliki tujuan. Sehingga
Tujuan manusia sebagai organisme adalah agar dapat melaksanakan tugas
kehidupannya. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani
setiap anak didik untuk mencapai setiap tujuan pendidikannya. Jadi dengan
demikian, setiap sistem memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang
menggerakkan sistem.
2.
Setiap sistem memiliki fungsi
Untuk mencapai tujuan, setiap sistem
memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar manusia dapat melaksanakan tugas
kehidupannya. Sehingga agar proses
pendidikan bisa berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan
fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan,
dan lain sebagainya. Fungsi inilah yang terus menerus berproses hingga
tercapainya tujuan.
3.
Setiap sistem memiliki komponen
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya tiap
sistem pasti memiliki komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan.
Agar fungsi perencanaan dapat berjalan dengan baik diperlukan komponen silabus
dan RPP, agar fungsi administrasi dapat menunjang keberhasilan sistem
pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administrasi siswa,
administrasi guru, dan lain sebagainya. Agar supaya kurikulum bisa berfungsi
sebagai alat pendidikan diperlukan komponen tujuan, isi atau meteri pelajaran,
strategi pembelajaran serta komponen evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu
sistem setiap komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat.[12]
Jenis-jenis sistem bisa ditinjau dari
aspek-aspek tertentu. Dalam hal ini hanya ditinjau dari dua aspek yaitu aspek
terbuka (suatu sistem yang dapat menerima input dari luar sistem, misal berupa
informasi dari luar)[13]
dan Aspek tertutup yang berarti kebalikan dari aspek terbuka. Perencanaan
pendidikan berkaitan dengan sistem terbuka. Oleh sebab itu yang dibahas adalah
sistem terbuka. Berikut ini ciri-ciri sistem terbuka:
a.
Mengimport energi, materi, dan
informasi dari luar. Pendidikan akan mendatangkan pengajar atau pendidik, uang,
alat-alat belajar, para siswa/ mahasiswa dan sebagainya dari luar sekolah dan
erguruan tinggi.
b.
Memiliki proses pendidikan akan
memproses para siswa/ mahasiswa sebagai bahan mentah dalam proses belajar
mengajar untuk menjadi bahan jadi beupa lulusan-lulusan.
c.
Menghasilkan output atau mengeksport
materi, energi, dan informasi.
d.
Merupakan kejadian yang berantai, input
diproses mengeluarkan output.
e.
Memiliki negatif entropy, yaitu suatu
usaha untuk menahan kepunahan dengan cara membuat import lebih besar daripada
eksport.
f.
Mempunyai alur informasi sebagai umpan
balik untuk memperbaiki diri.
g.
Ada kestabilan yang dinamis.
h.
Memiliki diferensi yaitu
spesialisasi-spesialisasi.
i.
Ada prinsip equifinalty yaitu banyak
jalan untuk mencapai tujaan yang sama. Pemerintah memberi kesempatan kepada
pendidik untuk berkreasi menciptakan cara-cara yang lebih baik dalam usaha
memajukan pendidikan.[14]
D.
Manfaat Pendekatan Sistem Dalam
Pembelajaran
Merencanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem memiliki
beberapa manfaat, di antaranya:[15]
1.
Melalui pendekatan sistem, arah dan
tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas. Dapat kita bayangkan apa
yang akan terjadi, manakala dalam suatu proses pembelajaran tanpa adanya tujuan
yang jelas. Tentu, proses pembelajaran tidak akan menjadi fokus, dalam arti
pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit menentukan efektifitas
proses pembelajaran.
2.
Pendekatan sistem menuntun
guru pada kegiatan yang sistematis.
3.
Pendekatan sistem dapat
merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi dan sumber daya
yang tersedia.
4.
Pendekatam sistem dapat
memberikan umpan balik. Melalui proses umpan balik pendekatan
system dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai apa belum. Hal
ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama dalam berpikir sistemik.
Lembaga pendidikan secara umum memiliki
fungsi sebagai wadah untuk melaksanakan proses edukasi, sosialisasi dalam
transformasi bagi siswa/peserta didik. Bermutu tidaknya penyelenggaraan sekolah
dapat diukur berdasarkan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut.[16]
Beberapa
variabel yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran antara lain:
1.
Faktor Guru
Guru merupakan komponen yang sangat
menentukan. Oleh sebab itu guru adalah orang yang berhadapan langsung dengan
siswa. Dalam sistem pembelajaran, guru bias berfungsi sebagai desainer
pembelajaran, implementator atau keduanya. Sebagai perencana, guru dituntut
untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa,
fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan
komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai
implementator dan perancang pembelajaran, guru dituntut berperan sebagai model
dari rancangan yang telah dibuatnya (suri teladan).
2.
Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang
berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu,
disamping arak karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
3.
Faktor sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat
mendukung pembelajaran secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,
misalnya media pembelajaran, alat-alat pekajaran, perlengkapan sekolah, dan
lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara
tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
Misalnya, jarak menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain
sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam
penyelenggaraan prosespembelajaran. Jadi, sarana dan prasana merupakan komponen
penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah
yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan
prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Kedua,
kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan kepada siswa
untuk belajar.
4.
Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan, ada dua
faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu factor organisasi
kelas dan faktor iklim sosial Psikologis.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang
dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis.
Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal maupun eksternal.
Secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan
sekolah.misalnya; iklim sosial antara siswa dengan siswa; antara guru dengan
guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Adapun yang
dimaksud secara eksternal adalah keharmonisan hubungan antara antara pihak
sekolah dengan dunia luar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan
sistem pembelajaran adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling
berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi dalam
rangka untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendekatan
sistem merupakan alat untuk menemukan
sifat-sifat penting dari sistem yang bersangkutan, yang kemudian memberikan
keterangan-keterangan kepada kita mengenai perubahan-perubahan apa perlu
dilakukan untuk memperbaiki sistem tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Burharuddin, Kedudukan
Managemen Dalam Pembelajaran, 2002.
Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group,
2008
Oemar Hamalik, Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta : Bumi Aksara, 2002.
Pidarta Made, Perencanaan
Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, Jakarta: Rineka Cipta,
2005.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran,
Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Ibrahim R. dan Nana syaodih S., Perencanaan
Pembelajaran, Jakata: Rineka Cipta, 2003.
Muchith Saekhan, Pembelajaran Kontekstual,
Semarang: Rasail Media Group, 2008.
Thoha M. Chabib dan Abdul mu’ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi
dan proses beajar-mengajar pendidikan agama Islam, Yogyakarta: Pustaka
belajar offset,1998.
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
[1]
Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hal. 9.
[2]
Rusman, Model-model Pembelajaran,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 380.
[3]
M. Chabib Thoha dan Abdul mu’ti,
PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan proses beajar-mengajar pendidikan agama
Islam, (Yogyakarta: Pustaka belajar offset,1998), hal. 3-4.
[4]
Saekhan Muchith, Pembelajaran
Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hal. 17.
[5]
Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hal. 1-2.
[6]
Harjanto, Perencanaan Pengajaran,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 46.
[7]
Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual...,
hal. 18.
[8]
R.Ibrahim dan Nana syaodih S.,
Perencanaan Pembelajaran, (Jakata: Rineka Cipta, 2003), hal. 51.
[9]
Harjanto, Perencanaan Pengajaran,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 46-47.
[10]
Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal.
9-13.
[11]
Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal.
4
[12]
Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal.
2-3.
[13]
Harjanto, Perencanaan
Pengajaran,...hlm. 45
[14]
Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan
Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal.
18-19.
[15]
Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, Op. Cit., H. 7-8.
[16]
Burharuddin, Kedudukan
Managemen Dalam Pembelajaran, (2002) H. 6.
Posting Komentar